Sederhana Itu..

Sering kali yang membuat seseorang terbebani dlm hidup adalah karena ia terlalu berpikir rumit. Kekhawatiran kita tentang masa lalu, masa kini, dan masa depan misalnya. Tak jarang pula, hal2 sepele dibesar2kan. Perkara mudah dibuat sulit. Dan sebagainya.

Maka, berpikirlah sederhana. Misalnya saja kehilangan org yg paling kita cintai. Ini memang perkara besar, tp memandang dengan koridor yg benar bahwasanya Allah adalah Sang pemilik yang sangat mudah mengambil kembali apa yang Dia miliki, menjadikan penerimaan atas rasa kehilangan menjadi lebih sederhana. Bahwa akan ada giliran utk kita nanti dipangggil pula oleh-Nya.

Sederhana itu lebih luas maknanya. Bahwa ia juga berarti kesederhanaan pilihan, kesederhanaan pemikiran, kesederhanaan perilaku, dan masih banyak lagi.

Gambar dari sini

Hal apa yang sudah saya lakukan utk kesederhanaan itu? Saya masih belajar. Memahami utk apa kita hidup, boleh jadi bisa membuat kita mampu menjadi lebih sederhana pada semua aspek kehidupan. Sebab sederhana tidak sesederhana namanya. Bahkan bukan tidak mungkin, ia mampu menjadikan kita menggapai hal2 yg melampaui kata sederhana itu sendiri.


Momen dan Lagu

Tiap episode hidup itu, punya rasanya masing2.. Iya gak sih? Rasa saat masih belum sekolah, masa sekolah dasar, masa SMP, SMA, kuliah, kerja, dan seterusnya.

Di tiap2 episode hidup, ada kenangan dengan rasa yg berbeda. Tema blog kali ini ingin ngepoin anggota arisan ttg apa lagu yg bikin kmu inget ttg episode hidup kmu, gtu bukan ya mksdnya mb fieth? Hehe

Feeling * gambar dari sini

Baiklah.. Ini cerita saya.

Satu:
Hal yg menyenangkan hati, byk sekali bahkan kalau kita bermimpi, sekarang ganti baju, agar menarik hati ayo kita mencari teman.

Di dunia ini, semua hal bisa terjadi, dan apa yg akan terjadi, kita tak akan pernah mengetahui, marilah kita hadapi, pasti ada jalan keluar, hari ini entah siapa yg kan bahagiaaa...

Dua lagu itu, selalu berhasil menarik saya ke suatu pagi tatkala nasi goreng buatan ibu sudah rapi di depan TV... Kluarga sederhana kami memang tdk biasa makan di meja makan. Sengaja TV disetel keras2 utk membangunkan  saya beserta swdra kembar saya demi brsedia bangun diemeng2i tontonan kesukaan hingga siang. Bahagia. Sambil disuapi ibu utk makan, sarapan di Minggu pagi selalu terasa istimewa.

Dua:
Hitoshi...Hitoshi omoidassba, subete wakatte ita, ku ga shite ita no ni, iroaseta kotobawa boku no sugu soba ni oite atta.

Kotae No Denai yoru to, hitohira ni nukumori to, Haruka kanata No akogare to, tada sore dake o kurikaeshi boku wa ikite iru.

Kini ryoute ni kakaete iru mono toki No shizuku, sotto nigirishimete wasureta kioku, nakushita kotoba... (Naruto, nakushita kotoba)

Ini lagu selanjutnya yg ga pake lama, lgsg buat saya melow gimnaaa gitu. Gimana enggak, lagu ini entah kenapa selalu terngiang sepanjang perjalanan dr rumah ke kosan pada tahun pertama kuliah D3 dulu. Adalah kali pertama bagi saya berjauhan dengan keluarga. Berat. Ga ada lagi ibu, ayah, swdra kembar dan adik saya yg bs setiap saat saya temui. Pdhal hanya sepekan sekali aja, saya berpisah dg mereka, alias tiap Minggu pulang, hihi. Daaan entah knp perasaan itu ckup lama singgah, ditemani sayup2 lagu itu yg ga brhenti trngiang sepanjang perjalanan brgkat ke kosan. Haha

Tiga:
Ini yg paling spesial.
Adalah setiap Ramadhan, saat kecil dulu. Saya bersama ayah, ibu, dan keempat swdra saya duduk rapi selepas sholat subuh. Seperti hari2 Ramadhan biasanya, ayah mulai memberikan hafalan surah pendek. Kala itu, surah pilihannya adalah Al Balad. Menjadi hal yg sunnah utk memperindah bacaan Al quran. Surah Al Balad yg sedari kecil sdh diajarkan hingga kini membekas. Saya masih bisa mengikuti bgaimana ayah membawakan (me-lagu-kan) surah tsb hingga kini. Indah dan berkesan. Tanpa keluar dr hukum bacaan.

Maka, diantara kesemuanya, hanya Al Quran yg benar2 menentramkan.  Sebagus dan seenak apapun lagu yg paling kita suka. Tidak ada yg bs menandingi nikmatnya membaca dan mendengarkan Al quran. Dan ayah saya berhasil melakukannya: menjadikan Al quran sebagai bagian hidup yg paling berkesan hingga kini. Maka, tiap kali Ramadhan, ada surah Al Balad yg membersamai kenangan saat kluarga kami masih lengkap di bawah atap dan langit yg sama.


Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi penyembuh dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang dzalim selain kerugian.” (Al-Isra’: 82)

Puisi tentang

Padanya kutemukan
Sebongkah rasa yang wujud dalam laku
Pada lisannya
Pada tatap matanya
Pada senyumnya
Pada lirih doanya.

Padanya kutemukan
Sebenar-benarnya arti cinta
Dalam jerihnya
Dalam tangisnya
Dalam marahnya

Padanya kutemukan
Bahwa cinta melebihi batas-batas dunia
Melewati rasa suka tidak suka
Saat kehadirannya
Tidak lagi tampak di depan mata
Tidak lagi hadir di sini

Namun tetap terasa
Dalam
Hangat
Penuh
Besar
Membuncah
Menyesakkan

Merinduimu, itu cinta
Mendoakanmu, itu cinta
Memohon maaf untukmu, itu cinta

Bila ada yg bertanya padaku,
Apa itu cinta?
Jawabku, itu kamu.

Ibu.


Rabbighfirlii waliwaalidayya war hamhumaa kama rabbayaanii shagiiraa

Gambar dari sini

Memilih untuk Mencintai

Hidup digerakkan oleh cinta. Segala sesuatu bergerak juga karena cinta. Saat ada cinta, semuanya jadi berbeda. Menjadi lebih hidup. Menjadi lebih bergairah. Bayangkan ibu yang bangun ditengah malam demi mendengar rengekan anaknya. Apa yang membuatnya rela bangun menghentikan tangis dengan gendongan, usapan, atau rayuan? Jawabannya adalah cinta. Cinta itu menggerakkan.

Begitu berharganya ia, sehingga menempatkan cinta tidak boleh sembarang. Berikan cinta kepada yang memang layak memperolehnya. Dan Allah adalah yg paling layak untuk dicinta.

Love gambar dari sini

Ketika ada pertanyaan, mana yg kamu pilih? Menikahi org yg kamu cintai. Atau mencintai org yg kamu nikahi?

Saya memilih yg kedua. Mencintai org yg saya nikahi. Sebagaimana kata mencintai, ia adalah kata kerja. Bukan kata benda. Maka, hadirnya perlu diupayakan, ditumbuhkan, terus-menerus. Cinta kepada ALLAH misalnya, terus dihadirkan dipupuk hingga Allah menjadi satu2 nya yg kita sandarkan. Kita harapkan, kita andalkan, kita percaya.

Saya meyakini bahwa ketika kita hendak menikah, cinta itu sudah harus ada. Salah satunya adalah dengan makin mencintai Allah. Sang Maha penggengam hati. Adalah perkara mudah bagi Allah membolak balikan hati manusia. Dulu sangat cinta, sekarang menjadi sangat benci. Dulu seperti musuh, sekarang jatuh cinta setengah mati.

Yaa muqolibal quluuub

Salim a Fillah dalam bukunya, jalan cinta para pejuang, menyampaikan kata paling romantis menurut saya.

Ada dua pilihan ketika bertemu cinta.
Jatuh cinta dan bangun cinta
Padamu aku memilih yg kedua.
Agar cinta kita menjadi istana
Tinggi menggapai syurga
-Salim a Fillah

Yap, sebab menikah bukan perkara kebahagiaan di dunia saja. Ada agenda besar kita untuk bersama dengan yg dicinta hingga ke syurga.

Oleh karenanya, perkara menikah yg agung ini disertai pula tuntunan doa yg agung.

Wahai Allah, jika ia baik untukku, baik untuk agamaku, baik untuk kehidupanku di dunia dan akibatnya kelak di akhirat, maka taqdirkanlah ia untukku, mudahkanlah ia untukku, dan berkahilah ia untukku.

Namun, jika ia buruk bagi agamaku. Ia buruk bagi kehidupanku di dunia, dan akibatnya kelak di akhirat, maka palingkanlah ia dariku, dan palingkanlah aku darinya, dan tetapkanlah kebaikan untukku, di manapun kebaikan itu berada, sehingga aku ridho dengan segala keputusan dariMu.

See? Dr doanya saja kita bs merasakan betapa Allah menginginkan kbaikan bagi hambanya. Itulah cinta.Karena itu, sdh selayaknya menyandarkan cinta kepada Sang pemilik cinta.

Kelak, jika Allah mentakdirkan iya, artinya akan ada banyak cinta yg akan Allah hadirkan. Jika yg belum halal saja bisa dengan mudah mencintai, apa sulitnya dengan yg sudah halal?

So, mari bangun cinta. Ga perlu mnunggu utk jatuh, nanti sakit. Hehe. Lelah dong far? Ya gak lah.
Sebab disini kita justru sedang melakukan sebuah ”pekerjaan jiwa” yang besar dan agung:
MENCINTAI

Memimpikan Pekerjaan

Semasa kecil dulu, jika ditanya ingin jadi apa, saya selalu bisa menjawab dengan percaya diri: insinyur. Padahal semasa itu, saya pribadi tidak pernah mengenal apa profesi insinyur itu. Yang jelas saya berbangga, saat yang lain menjawab dengan profesi umum semacam dokter, polisi, atau guru. Saya menjadi yang berbeda diantara mereka.

Satu2nya yang saya ketahui tentang insinyur adalah seseorang yang pintar. Entah mengapa sejak kecil, saya selalu senang melihat orang yang tampil pintar. Setiap kali melihat sesosok orang berkacamata, pandai tampil di muka umum, entah untuk presentasi di depan kelas, atau hal semacam itu. Saya bisa sangat mengaguminya.

Waktu bergulir. Hingga pada saat hendak memilih jurusan kuliah saat tahun akhir SMA, terbersit keinginan baru. Menjadi wartawan dan menuliskan berita utk dibaca khalayak ramai. Fisip UI. Namun, keterbatasan kondisi membuat saya memilih jurusan matematika pada universitas yg sama. Saya mencintai matematika (saat itu). Maka pilihan saya tidak salah.

Takdir berkata lain, saya justru bersekolah di sebuah sekolah kedinasan. Akuntansi. Tidak pernah terbersit bahwa jurusan ini membawa saya pada mimpi saya dulu. Melakukan wawancara, meliput berita, menulis, dan mengedit naskah sdh saya rasakan kini. Persis. Sebagaimana dulu saya memimpikannya. Kok bisa? Barangkali istikharah adalah jawabannya.

Akan tetapi ada hal lain yg mulai mengusik mimpi saya kini. Hal ini dimulai pada masa2 kuliah dulu. Pada saat itu, saya berkesempatan untuk mengajar anak2 yang tinggal di sekitar komplek kos2an. Yang kami ajarkan adalah mengaji. Mulai dari pengenalan Alif-ba-ta, hingga Al Quran. Sesungguhnya saya tidak pernah tau sebelumnya bagaimana cara mengajar anak2. Gaduh dan sulit diatur. Itu yang terpikir.

Dan benar saja, setiap kali saya datang ke mushola, anak2 sibuk berlarian kesana sini. Ada yang kejar2an, pukul2 an, dan berbagai jenis kegiatan mengerikan lainnya. Saya sempat takut terjadi hal2 mengerikan saat saya mengajar mereka :(

Terdapat dua kelompok anak yang secara rutin saya kunjungi. Pertama, sekelompok anak laki2 di sekitar komplek kosan. Tempat belajar kami adalah halaman depan salah satu anak. Namun kami lebih sering belajar di lapangan komplek setelah maghrib. Sebab tidak mudah mencari tempat belajar yg memungkinkan. Akibatnya ada-ada saja yg kami alami saat proses belajar. Pernah satu kali, saat menunggu giliran menyetor hafalan, seorang anak memanjat tiang gawang bola. Hingga tiang tersebut jatuh dan menimpa anak tersebut. Subhaanallah. Saat itu saya betul2 khawatir. Jantung dagdigdug tidak karuan. Alhmdulillah sang anak baik2 saja. Hiks. Sempat terpikir apakah dengan saya mengajar lebih banyak manfaat atau mudharatnya :(

Tapi lama-kelamaan anak2 ini, bisa dengan mudah diatur. Mereka mulai bersikap manis. Setiap kali ba'da maghrib, mereka memanggil saya untuk mengaji, "kak farida... Kak farida.." Demi mendengar itu, saya bahagia sekaligus terharu. Tidak tega utk tidak menanggapi panggilan mereka.

Sementara pada kumpulan anak2 lain yang berjarak lebih jauh, kami sudah menggunakan mushola yang memungkinkan utk dipakai belajar. Tiap kali saya datang, sepanjang jalan anak2 sudah meneriaki saya, bergelayut manja, berebut salam atau sekadar dulu2an masuk mushola. Beberapa dr mereka bahkan sudah duduk manis. Terburu mengambil duduk paling depan, agar dpt giliran pertama mengaji. Demi melihat tingkah mereka, maka tiap esok ada kuis, tugas, atau hari hujan, rasa malas berangkat mengajar, dibayang2i oleh kekhawatiran adanya sekelompok anak yang menunggu kedatangan saya.

Sungguh pengalaman ini membuat saya berpikir ulang tentang apa pekerjaan impian saya. Sebuah pekerjaan yang bisa langsung menyentuh target, mengetahui keberartian kita bagi orang lain, adalah sesuatu yang memberikan rasa puas tersendiri. Terlebih, saat kita tau ada ilmu atau mungkin hal2 bermanfaat yang dapat kita bagi kepada orang lain. Ibu saya menjadi salah satu diantaranya.

Beliau adalah seorang guru agama di sekolah dasar yang alhamdulillaah sangat disayangi anak2 muridnya. Saya selalu berdoa untuk setiap ilmu yang Beliau ajarkan semoga menjadi amal jariah baginya. Pada titik ini, saya menyadari bahwa profesi guru bukan sesuatu yang biasa. Ada kepuasan yg Allah berikan saat di dunia. Dan ada balasan besar atas ilmu yang diajarkan, kelak di akhirat nanti. Amal yang terus menerus bertambah, setiap kali murid yang diajarkan mengamalkan dan memanfaatkannya dengan baik. Meski pada saat itu kita tak mampu lagi menambah amalan dr jerih kita sendiri.

Maka mimpi saya saat ini adalah menjadi pengajar, terutama dalam ilmu agama. Namun sayang sy tidak pernah belajar agama di sebuah lembaga pendidikan khusus. Maka sebelum itu, saya sangat ingin bs belajar di sebuah asrama pendidikan agama (pesantren?), hingga ke luar negeri macam Mesir, Saudi Arabia, dan negara2 Islam lain yang kaya akan ilmu syariat.

Dream Job (gambar dari sini)


Berbekal itu, saya bisa beramal melalui ilmu yang saya miliki. Kita boleh saja berharap bukan? Dan baru kali ini saya menuliskan mimpi saya dalam hal pekerjaan berkat tema arisan blog kali ini. Hehe.

Ada banyak mimpi2 lain yg ingin saya penuhi, seperti menerbitkan buku karya saya sendiri, hingga menjadi motivator islami. Yang membuat setiap orang dapat lebih mengenal Allah, lebih mengenal Islam, hingga menumbuh suburkan cintanya kepada Allah. Atau pengajar bahasa Quran seperti Nouman Ali Khan. Saya mengaguminya.

Berbekal dengan cinta, saya yakin apapun yang kita inginkan dalam hidup ini dapat dengan mudah diwujudkan. Dan menulis bisa menjadi penguat tekad. Mensyukuri pekerjaan saat ini, harus! Namun dengan tetap mengukir mimpi, mengapa tidak? Sebab Allah, sebaik2 penolong.

Siapa Bilang Gagal?

Pernah mencoba sesuatu yang baru, kemudian gagal? Saya pernah.
Kisah ini dimulai manakala adik saya terus menerus minta dibuatkan cheese cake. Pasalnya, saya pernah membuatkan dia satu loyang cheese cake no bake dan ternyata dia suka. Horree.. Padahal, itu kali pertama saya membuat kue dengan hanya berbekal nonton di yutub. *bangga

Oleh karena gak punya alat memanggang alias oven, saya mencari resep kue yang memang gak perlu dipanggang. Cukup otak atik bahan, lalu masukan ke dalam kulkas, beres. Siapa yang gak suka perpaduan menarik dari es krim dan kue: dingin-manis. Gak lama cheese cake no bake saya ludes dalam waktu singkat.


Cheese cake. Gambar dari sini

Nah, berbekal pengalaman pertama yang sukses jaya *ehm Maka sebagai seorang kakak yang baik, saya hendak memenuhi hasrat sang adik (lagi). Kali ini kue yang saya buat harus benar2 bertekstur kue pd umumnya: lembut luar dalam. Bukan hasil bentukan freezer. So, saya pun kembali mencari resep cheese cake. Alih-alih mengganti oven dengan alat lain, kali ini saya memanfaatkan magic com yang ada di rumah.

Sebagai informasi, magic com saya ini gak pernah dimanfaatkan selain untuk menanak nasi. Padahal, dia punya kemampuan multifungsi. Jadilah saya memanfaatkannya supaya lebih berfaedah (minjem istilah Mbak Yessi).

Tak hanya menjajal kemampuan magic com, tatkala hendak mencampurkan bahan, saya baru ingat bahwasanya mixer yang ada di rumah sudah dihibahkan ke kakak saya. Sebab, semenjak kepergian Ibu, saya dan saudara saya hampir tidak pernah lagi membuat kue. Sebab pengalaman membuat kue bersama ibu, selalu spesial. Dan tidak pernah lagi bisa seindah itu.

Baik. Selanjutnya mulai lah saya mendahului eksperimen saya dengan mengocok bahan menggunakan blender hihi. Pada step ini saja sudah terlihat benih2 kegagalan. :(

Namun demikian, saya masih yakin hasilnya tidak akan mengecewakan. Sebab magic com saya ini konon di iklan bagus pake banget. Saat hendak memanggang kue lewat magic com, saya baru menyadari bahwasanya buku manual alias buku petunjuknya entah disimpan di mana. Duh. Secara adonannya udah minta buru2 dipanggang. Walhasil, dengan ilmu perasaan ala perempuan saya pun mulai memanggang kue. Bismillaah.

Dari wanginya yaa, maasyaa Allaah. Wangiii banget..  Semua penghuni rumah sejurus kemudian ikut2an menunggu kue pertama hasil memanggang dengan magic com. Dalam hati kami msg2, seandainya eksperimen kali ini berhasil, besok2 kami akan sering2 bikin kue.

Saat itu, terbersit dalam hati saya, Duh.. Repot nih, bakal sering dimintain bikin kue. Hehe *dasar angin2an.

Entah krn Allah mendengarkan kegundahan hati saya yang terdalam. Atau memang takdir berkata demikian seharusnya. Akhirnya saya nekat mengangkat kue yg tak kunjung matang. Berkali2 sudah dipanaskan, buka, panaskan lagi. Yang ada rupa si kue berubah aneh. Bagian atas lembek, tapi bawahnya keras. Meninggalkan kerak yg susah dibersihkan. Wangi kue yg awalnya mengundang selera berubah jd wangi kegagalan akibat bau gosong.hiksss

Akhirnya si kue ini tetep nekat dimakan adik saya yang entah memang doyan ato mengasihani sang kakak yg sedari siang mondar-mandir memeriksa kue yg tak kunjung jadi. Meski pada akhirnya, bagian bawah kue yang tak layak makan saya paksakan makan. Secara yaa, malu ah buang2 makanan.

Namun, apa daya. Saya juga tidak sanggup menghabiskan. Bukan tak sayang pada makanan, tapi saya jauh lebih sayang pada keselamatan perut saya sekeluarga. Akhirnya, sisa2 kue yang masih agak banyak itu berakhir di tempat sampah. Hiks sedih bgt deh.

Meski kegagalan (katanya) adalah kesuksesan yang tertunda. Saya tidak lagi2 mencoba membuat kue di magic com. Meski harapan itu masih tersimpan di lubuk hati. Suatu hari nanti. Ya, suatu hari nanti...*tekad

Yah, boleh jadi ini adalah kegagalan, tapi saya justru menyadari satu hal. Bahwa meski usaha saya dalam membuat kue yang cantik, enak, dan layak makan, gagal. Namun, setidaknya saya tidak menyiakan harapan dan permintaan adik saya untuk membuat kue. Semoga kelak ia belajar, bahwa ada hal yg jauh lebih berharga ketimbang hasil, yaitu mengusahakan yg terbaik untuk orang2 yang kita cintai, meski saat itu kita berada dalam keterbatasan.

Untuk yg satu ini, Allah lebih berhak bukan?


---
Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (At Taubah: 24)

Pasangan Idaman

Assalamu'alaikum, sahabat.
Memasuki minggu kedua arisan blog,saya agak deg2an. Pasalnya, tema kali ini memerlukan pembahasan yang cukup lama antar anggota arisan. Akibatnya, terpaksa saya harus kembali menulis di injury time. Duhh... *ya kali gara2 itu far, hihi
Daaan yang juga bikin deg2an lagi adalaah tema yang diangkat utk arisan blog kali ini, yaitu: 

Jika saya laki2, siapakah perempuan di Biro KLI yang saya idamkan?  *.*

Akan tetapi, berhubung ini blog saya, maka saya memutuskan untuk menerjemahkannya menjadi: 

Jika saya pria, siapakah  perempuan di Biro KLI yang saya idamkan untuk menjadi pasangan hidup?
*serius banget far *emang :D

Gambar dari sini http://anitasnotebook.com/

Meski kalo dibaca agak ngeri gimanaaa gitu, hihi...tapi gak juga kok. Intinya adalah saya akan bercermin. Kira2apa kriteria seorang laki2 dalam memilih pasangan. So, nantinya, saya akan berupaya menjadi perempuan sebagaimana sang laki2 memandang perempuan untuk menjadi pasangan hidup. *pusing ga sih kalimatnya haha

Berhubung sampel yang digunakan adalah teman2 di lingkungan Biro saya, maka lingkupnya menjadi lebih kecil saudaraah..Nah, sebelum masuk ke pembahasan utama kita, maka saya akan menyebutkan kriteria apa yang perluu ada utk menjadi pasangan idaman saya. Yuk mulai..

Pertama, muslimah shalihah.
Berhubung saya ingin menjadi pria yang beruntung, maka kriteria pertama adalah dia harus muslimah yang shalihah. Ini anjuran yang ditekankan Rasulullah saw dalam memilih pasangan, dan menomorsekiankan kecantikan, kekayaan, dan kedudukan. Yup, memilih krn agamanya dipastikan menjadi pria yang beruntung..

Kok bisa far? Sebab jika si wanita takut dan taat kepada Rabbnya, maka insya Allah si wanita juga akan taat kepada suaminya. Nah klo sama Sang Pemilik dunia dan seisinya aja ga taat, gimanalah mau taat sama suami yang cuma bisa kasih makan nafkah sesuai kemampuan, hihi

Yok lanjut...

Trus taunya gimna klo si perempuan ini taat? Diantaranya adalah mengenakan jilbab. Sholat 5 waktu dan mau terus belajar terutama tentang agama. Meskipun ada banyak juga ukuran yang bisa dipakai, tapi ketiga hal ini,menurut saya, wajib ada.

Kedua, menyenangkan jika dipandang
Serius loh, gak semua yang cantik itu menyenangkan jika dipandang. Cukup menyenangkan saat dipandang, maka seorang permpuan sudah menjadi cantik di mata saya. Ternyata Rasulullah SAW juga menganjukan demikian..Dalam salah satu hadist beliau saw bersabda bahwa salah satu dari 3 sumber kebahagiaan adalah wanita shalihah yang bila dipandang mengagumkanmu. 

Jadi cukup yang menyenangkan dan mengagumkan... Liatnya dari mana far? Wah kalo ini bingung juga jawabnya,,hihi Biasanya ini berhubungan dengan hati, jadi agak susah ditebak. Tapiii, sesuatu yang berasal dari hati akan mudah sampai ke hati juga.. Misalnya saja, saat orang lain tulus tersenyum, maka kita yang disenyumin jadi ikut bahagia... Beda kan kalo yang semyumnya cuma basa basi aja..
So, (mungkin yaa) itu bisa jadi salah satu indikatornya.

Ketiga. menjadi teman bicara yang menyenangkan dan meneduhkan.
Jika saya pria, maka saya akan bahagiaaaa banget kalo saya punya pasangan yang enak diajak bicara, terlebih mereka yang suka mendengarkan. Keahlian 'mendengarkan' ini tidak semua orang punya. Butuh orang2 sabar yang bersedia mendengarkan,semembosankan apapun cerita kita. Saya punya sahabat perempuan yang kalo saya melucu dan sama sekali ga lucupun, dia akan tertawa renyah.. Maasyaa Allaah. betapa betapa yaaa...
Rasanya seperti setiap ada hal apapun, maka orang pertama yang saya ingat untuk berbagai kebahagiaan (juga kesedihan) adalah sahabat saya yang satu itu.. :')

Keempat, peduli
Yaitu mereka yang ga hidup di dunianya sendiri, beda yaa sama orang introvert yang memang senang dalam kesunyian. Tapi ga berarti orang2 introvert itu ga care sama sahabatnya. Peduli ini bisa diterjemahkan dalam banyak bentuk. Salah satunya memberikan perhatian2 kecil yang ga semua orang bisa melakukannya. Sesuatu yang sederhana tapi *cess nyampe ke hati :D

Kelima, dapat dipercaya.
Nah ini juga kuddduuuuu banget ada. Saat kita mempercayakan sesuatu kepada orang lain, menceritakan hal2 yang ga semua orang tau, di situ berarti kita menitipkan sesuatu yang berharga dari diri kita kepada orang lain. Klo kita yang ada di posisi orang yang dipercaya, maka jangan siakan kepercayaan orang tersebut kepada kita *ntms nih

Keenam, selalu support dan bersangka baik
Dua hal ini layaknya kepingan mata uang yang tak terpisahkan. Hadirnya dua sifat ini pada diri sesorang yang menjadi pasangan hidupmu adalah anugerah yang patut disyukuri. Saat kita lemah, ada yang mendukung. Kemudian tidak mudah berprasangka buruk. Dia selalu mencari2 alasan utk berprsangka baik kepada orang lain *jarang bgt yaa yg kayak gini

Ketujuh. Senang menasehati dalam kebenaran dan kesabaran
Teman yang baik, bukanlah mereka yang selalu membenarkan apapun sikap kita, tetapi mereka yang berani mengatakan salah, saat kita berbuat hal yang keliru. Apa lagi yang jadi pasangan hidup, harus banget ini menasehati dalam kebenaran. Tapi dengan cara yang baik yaa, yang santun. Termasuk juga menasehati dalam kesabaran, sebab hidup itu pasti ada sakitnya, ada jatuhnya, ada pahitnya. Meski tau sabar itu penting, kita selalu butuh orang2 yang mau membri nasehat utk selalu sabar.

Kedelapan, cerdas. :)

Gituu aja..
Ada ga yaa.. perempuan kayak gini, terkhusus lagi di Biro KLI?

Jawabnya ada.. Yeaay..

Daaan yang masuk nominasi adalah:
1. Mbak Echi
2. Mbak Lulu
3. Mbak Hayyu
4. Mbak Reny
5. Mbak Anggit
6. Mbak Pipit

Kalo muslimah shalihah, insya Allah keenam2nya masuk yeaay.. aamiin. Mereka berjilbab, sholat 5 waktu, dan seneng ikut kegiatan agama di kantor macem tahsin, kajian, dll.. :D
Terus keenam2nya sangat menyenangkan dan mengagumkan jika dipandang.. Buat saya iya bangett

Namun saya harus menjatuhkan pilihan pada satu orang saja *ceritanya setia
Maka pilihan jatuh pada Mbak Lulu, yeaay selamaattt *fiuh
Ketujuh kriteria ini insyaa Allah ada pada semua teman yang saya sebutkan di atas. Sayngnya yang jomblo cuma tinggal satu, hihi

Apapun sebenarnya setiap kita harus terus memperbaiki diri, karena jodoh kita adalah cerminan kita. 
Kriteria kita terhadap pasangan harusnya jadi refleksi tentang apakah kita sudah layak dan punya karakter yang jugademikian. Klo belum minta pertolongan kepada yang Maha segala agar setiap upaya kita dimudahkan.

*akhirnya tema blog yang berat ini selesai dibahas juga dengan cara yang agak berat, hehe
Selamat bercermin dan memperbaiki diri, far :'( *ayoklah












                  

My Workspace so Simple

Setelah empat tahun lamanya, Allah mengingatkan saya akan keberadaan blog ini. Salah satunya lewat ajakan teman untuk ikut meramaikan arisan blog. Maasyaa Allah, kreatif ya mereka :')

Padahal, dalam kurun waktu selama itu, saya sudah pindah ke sana-ke sini. Mulai dari pengalaman rotasi eselon III, lanjut tugas belajar satu setengah tahun, balik ngantor lagi, hingga menghadapi kenyataan untuk bermigrasi ke tempat baru. Dan...disinilah saya. Mulai mengisi kembali blog yang udah lama ga dikunjungi. Pantes ya pengikutnya ga nambah-nambah..hehe

Di tempat yang baru ini, ada hal baru (juga) yang bikin saya excited. Yap. Meja kerja dengan kubikel. Meskipun banyak yang ga gitu suka dengan 'pengkotak-kotakan' yang diciptakan ala si kubikel ini, saya cenderung yang seneng-seneng aja hehe. Pasalnya, privasi lebih terjaga dan saya tipikal yang senang memiliki waktu sendiri. Orang bilangnya introvert kali ya. Hal ini yang bikin saya jadi lebih konsentrasi dalam bekerja.

Balik lagi tentang kubikel, satu hal saja yang kurang oke dari kubikel ini menurut saya adalah menciptakan jarak pandang yang sempit. Padahal, layar kerja pada komputer seringkali bikin mata jenuh. Terlebih komputer yang saya miliki alhamdulillah besaaar, sehingga lebih cepat bikin mata lelah. Tapi kata Mbak Irma (lirik rekan kerja di samping) "jangan sedih". Cukup lemparkan pandangan mata ke luar jendela.

Bagimanapun, saya cenderung yang gak punya banyak tuntutan utk yang namanya workspace yaa.. Soalnya saya tahu hal apa aja yang bisa menaikkan mood saya saat bekerja. Salah satunya melalui benda bernama headset. Maka jangan heran kalo sering lihat saya menggunakan headset saat bekerja.

Yang didengerin apa? Percaya ga percaya, saya masih bisa bekerja sambil mendengarkan kajian a.k.a. ceramah. Tapi kalo udah mulai ganggu konsentrasi, kajiannya distop dulu, ganti dengan yang gak perlu disimak semisal nasyid dan teman-temannya.

So, meja kerja saya standar-standar aja. Asalkan ada ATK yang memadai dan headset, amanlah sudah. Sebab hal yang paling bisa bikin saya konsentrasi lama di depan komputer (baca: bekerja) adalah memulai hari dengan mendekatkan diri sama Allah.

Caranya banyak ya, mulai dari berdoa dulu sebelum berangkat kantor "bismillahi tawakaltu 'alallah laa haula wa laa quwwata illa billah" sampe memulai pagi dengan sholat dhuha atau tilawah. Boleh dicoba ya kakak, insya Allah hari itu jadi makin semangat. Yeayy.

Intinya workspace ga gitu ngaruh dengan semangat kerja saya, asal rutinitas harian pagi kudu dijalanin sebelum kerja.  Sarapan untuk tubuh dan sarapan untuk hati.