Pesankan saya tempat di neraka

Berikut adalah kisah nyata yang terjadi di musim panas tahun 2002, dalam perjalanan menuju Alexandria, kota pantai yang bersejarah.Ada seorang gadis yang berpakaian sangat minim, bahkan tipis dan tembus pandang. Semula dia tidak kebagian tempat duduk, akhirnya berdiri, dan “terlihat” oleh semua penumpang. Kisah ini ditulis oleh kolumnis majalah Almannar (bukan Almannar yang dulu dikelola syekh Muhammad Rasyid Ridho yang kemudian menulis tafsir Almannar itu, melainkan Almannar Aljadid/neo-Almannar)

Berikut kisah lengkapnya..

Bagaimana Menyentuh Hati


Bagaimana caranya menyentuh hati?? mungkin kisah ini bisa dijadikan pelajaran..


Waktu saya masih amat kecil, ayah sudah memiliki telepon di rumah kami.
Inilah telepon masa awal, warnanya hitam, di tempelkan di dinding, dan kalau mau menghubungi operator, kita harus memutar sebuah putaran dan minta disambungkan dengan nomor telepon lain. Sang operator akan menghubungkan secara manual.


Dalam waktu singkat, saya menemukan bahwa , kalau putaran di putar , sebuah
suara yang ramah, manis, akan berkata : "Operator " Dan si operator ini maha
tahu.

Ia tahu semua nomor telepon orang lain.!
Ia tahu nomor telepon restoran, rumah sakit, bahkan nomor telepon toko kue
di ujung kota.

Telunjuk Yang Bersaksi

Para penyeru Islam, ulama maupun da'i yang mempersembahkan nyawanya di jalan Allah, atas dasar ikhlas kepada-Nya, senantiasa ditempatkan Allah sangat tinggi dan mulai di hati segenap manusia.

Di antara dari dan penyeru Islam itu adalah syuhada (insyaAllah) Sayyid Quthb. Bahkan peristiwa eksekusi matinya yang dilakukan dengan cara digantung, memberikan kesan mendalam dan menggetarkan bagi siapa saja yang mengenal beliau atau menyaksikan sikapnya yang teguh. Di antara mereka yang begitu tergetar dengan sosok mulia ini adalah dua orang polisi yang menyaksikan eksekusi matinya (di tahun 1966).

Salah seorang polisi itu mengetengahkan kisahnya kepada kita:

Perasaanmu bukanlah Tuhanmu!



Hati, dipenuhi berbagai rasa. Terbentuklah perasaan yang beragam rupa warnanya.
Setiap warna ingin mendominasi warna lainnya, hingga yang terjadi adalah pergantian warna, ia muncul-lenyap, timbul-hilang.

Sungguh, hanya Allah Sang Pemilik hati manusia.

Qolbu, yang tersimpan dalam tiap dada manusia memiliki kecenderungan untuk selalu berubah.

Kadang ia diliputi iman, membahana, meledak-ledak, hingga tiap sujud panjang menjadi begitu berkesan, tiap ucapan dipenuhi doa, tiap langkah penuh upaya mengharap ridho-Nya. Takut ia, kalau-kalau Allah akan menjauh darinya, takut ia tak ada cinta dari Robb nya, hingga ia terus berupaya. Tak lelah, tak goyah.

Namun tak jarang ia dipenuhi asa selain untuk-Nya. Harapan-harapan dunia, cita, tingkah laku yang terlupa, bahwa diri ini kan berpulang pada-Nya. Lupa akan pengawasan-Nya, lupa pada tempat kembali,lupa akan pengadilan-Nya. Lupa bahwa diri tak lebih hanya seorang mahluk ciptaan-Nya, yang sudah semestinya mengikuti jalan yang telah ditetapkan Robbnya, karena hidup ada aturannya, tak bisa sembarang, tak bisa selalu mengikuti perasaan, tak bisa, sebab..

Perasaanmu bukanlah Tuhanmu!

izinkan sy menangis


ini bukan tangis yg meraung-raung, bukan pula tangis yg tersedu sedan..
ini tentang tangisan jiwa. jiwa yg pd hakikatny sllu btnya pd dri,
wahai diri yg lalai!
adakah nikmat Tuhanmu kau syukuri?
adakah cobaan dr Tuhanmu kau tafakkuri?
padahal Allah sllu ad saat engkau buthkan,
padahal Dia sllu mjwb doa-doa yg kau panjatkan,
padahal ksh syng org2 dsktrmu mrpkn refleksi cinta kasihNya..

duhai Allah..

AL QIYADAH WAL JUNDIYAH

KEWAJIBAN BERAMAL JAMA’I
Setiap muslim wajib berusaha mewujudkan dan menegakkan kembali Daulah Islamiyah Alamiyyah, yaitu suatu negara Islam yang bersifat internasional. Tujuan tersebut dapat dicapaihanya dengan satu gerakan bersama yang terkoordinasi, yakni dengan adanya jama’ah dan melalui amal jama’i. Sehinggal amal jama’i wajib hukumnya. Ini sesuai dengan kaidah ushul fiqih yang menyatakan : “Sesuatu yang tidak sempurna pelaksanaannya kecuali dengannya , maka ia adalah wajib.”

Tayangan Televisi Elemen Perusak Generasi

Sabtu, 19 Januari 2009

Di tengah masa krisis moralitas dan mentalitas saat ini, tayangan televisi merupakan media yang diharapkan dapat memberi ‘nutrisi bahkan obat’ bagi rusaknya moralitas bangsa. Akan tetapi, justru media inilah yang menjadi ‘donatur’ terbesar dan penanggungjawab utama bagi semakin bobroknya mentalitas dan moralitas bangsa. Bahkan tidak salah bila dikatakan bahwa media televisi adalah racun yang siap ‘membunuh’ karakter bangsa, yang dari waktu ke waktu tidak lagi mengenal jati dirinya.

KRITERIA MANUSIA IDEAL

KRITERIA MANUSIA IDEAL
Berbicara mengenai manusia ideal pastinya tidak terlepas dari sosok ideal sepanjang masa, Rasulullah SAW. Menjadikan beliau sebagai teladan yang patut dan layak untuk ditiru demi meraih syurga-Nya. Meniru dan mengaplikasikan segala sikap dan perilaku Nabi Muhammad SAW menunjukkan cinta kita terhadap Allah SWT. Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa Rasulullah SAW diutus oleh Allah SWT untuk menyempurnakan akhlak.
Sabda Rasulullah SAW :
“Sesungguhnya Aku diutus oleh Allah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”
Sayangnya kini, esensi Islam seringkali terlupakan. Padahal, sesungguhnya Islam tidaklah sekedar aksesori