Rapel oh Rapel


Berbicara tentang rapel dan gapok yang tak kunjung turun..Seringkali kita terlupa, bahwa Allah mengabulkan doa hambaNya dengan 3 cara:
  1. Dikabulkan dengan segera
  2. Ditunda hingga  waktu yang terbaik menurutNya
  3.  Dihindarkan dari keburukan
Untuk masalah kita mungkin jawabannya Allah sedang menunggu bersama kita, memberikan di saat yang tepat, bukankah seluruh ikhtiar telah kita lakukan dengan sebaik-baiknya?

Maka yakinlah Allah memenuhi hak kita di saat kita betul-betul siap menerimanya. Bukankah Dia yang lebih mengetahui apa apa yang terbaik bagi kita?

Mungkin kita saat ini sama-sama merasakan betapa sulitnya keuangan kita, sementara kebutuhan hidup yang kian banyak, tapi bukankah kita tidak sendiri? Ada temen-teman lain yang juga merasakan hal serupa.
Kalian percaya bukan, bahwa selalu ada hikmah dari setiap kejadian yang kita alami? 

Sulit memang, tapi oleh karena ujian ini, bukankah kita merasakan lembutnya uluran tangan sahabat, saat kita membutuhkan bantuan? Maka Allah sedang mengajarkan kepada kita arti persahabatan.  

Ketika kita (mungkin) masih “meminta” bantuan kedua orangtua kita, bukankah itu artinya Allah sedang mengajarkan kepada kita, “jangan pernah  melupakan jasa kedua orangtuamu..” Agar kelak, ketika kita sudah “mampu” , kita tidak terlupa bahwa ada hak orangtua kita disana, bukan hanya dalam bentuk materi, tapi juga penghargaan dan kasih sayang.

Tak jarang kita menyaksikan kegigihan teman yang melakukan “penghematan ketat” demi menjaga izzah (harga diri) terhadap orang-orang disekitarnya, maka Allah mengajarkan kepada kita arti empati dan simpati.

Sungguh, Karena selalu ada hikmah dari setiap kejadian yang kita alami.. Dan Allah selalu mempunyai cara terbaik untuk menyampaikan kasih sayangNya.. 

Maka, meski kita tidak tahu, apakah ini berkah atau musibah, katakanlah dengan penuh keyakinan bahwa:
 “Aku hanya akan bersangka baik pada Allah”
 
Sahabat,
mungkin upaya kita kali ini ialah mencoba lebih jujur pada diri, pernahkah kita bertanya dari lubuk hati terdalam, mengapa ini terjadi pada saya? Mengapa bukan di unit organisasi lain, mengapa harus saya dan teman2 yang mengalaminya? Mengapa kita begitu sulit, sementara disana begitu mudah?

Menunjuk hidung orang lain jelas lebih mudah, kawan.. Tapi tidak ada salahnya bukan, berkaca pada diri sendiri, adakah kita melupakan sesuatu?

Adakah hati orangtua kita terluka atas sikap-sikap kita selama ini?

Adakah  saudara kita yang tersakiti hatinya karena ucapan dan candaan yang tidak pada tempatnya?
 
Adakah ucapan sia2 yang selama ini selalu menghiasi bibir kita?
Adakah ibadah2 kita yang jauh dari sempurna?

Teruslah bertanya, maka kita kelak akan menemukan jawabannya. Mungkin kita bertanya, Apakah ada hubungannya semua itu dengan masalah kita? Jawabnya, ya.

Bukankah ridho Allah berada pada ridho kedua orangtua, dan murkaNya pun terletak pada kemurkaan keduanya?

Dan bukankah hati yang terzholimi memiliki kekuatan yang luar biasa, hingga Allah menjanjikan pengabulan doa orang yang terzholimi. Jika kita kini merasa berada pada posisi ini, berdoalah sebanyak-banyaknya, dengan kesungguhan.

Pun dengan ibadah kita selama ini, jika kita selama ini menyepelekan kewajiban kita terhadapNya, tidakkah kita malu untuk meminta disegerakannya hak kita?

Maka apapun yang menimpa, maka muhasabah adalah jalan yang tepat.
Ketika orang lain mengatakan sabar, ingin rasanya kita mengatakan, apakah kesabaranmu benar2 mengalahkan kesabaranku? Rasa2nya sudah habis kesabaran kita, tapi jangan lupa kawan, rizqi kita jika Allah hendak menahannya, maka tak ada seorangpun yang mampu melancarkannya jika tanpa kehendakNya.. Bukankah Rasulullah saw pernah bersabda;

 “...Semua hal (yang terjadi denganmu) telah selesai ditulis.
Ketahuilah, seandainya semua makhluk bersepakat untuk membantumu dengan apa yang tidak ditaqdirkan Allah untukmu, mereka tidak akan mampu membantumu.
Atau bila mereka berkonspirasi untuk menghalangi engkau mendapatkan apa yang ditaqdirkan untukmu, mereka juga tidak akan dapat melakukannya.
Semua aktivitasmu kerjakanlah dengan keyakinan dan keikhlasan.
Ketahuilah, bahwa bersabar dalam musibah itu akan memberikan hasil positif; dan bahwa kemenangan itu dicapai dengan kesabaran; dan bahwa kesuksesan itu sering dilalui lewat tribulasi; dan bahwa kemudahan itu tiba setelah kesulitan".
[Hadist Riwayat Ahmad, Hakim, Tirmidzi].

Maka buang rasa cemas itu, sebab selalu ada kemudahan setelah kesulitan.. Sebab Allah melihat usaha kita, Dia melihat kerja kerja kita, ia melihat kegelisahan kita, bahkan air mata kita selama ini. Dia tahu, Dia Maha Mengetahui..
Dan katakanlah, bekerjalah kamu maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang mukmin. Dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang Mengetahui yang ghaib dan nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.
(QS. At Tawbah: 105)

Saya percaya akan janjiNya. Kalian juga percaya bukan?;)

Semoga setelah ini kita akan turut senang saat teman yang lain mendapat kebahagiaan, pun kita turut menjaga perasaan teman2 lain yang sedang dalam kesempitan. Hingga kata solid itu benar2 wujud dalam tubuh ini. Sehingga segala prasangka berganti menjadi rasa percaya, ya,, hingga prasangka menjadi rasa percaya..