Kotaku Mengajarkanku

Siapa yang tak mengenal  kota yang satu ini?
Ia megah, maka tak terbilang jumlah mereka yang hendak mencari penghidupan yang lebih baik disini.
Ia angkuh, maka jadilah ia poros segala aktivitas dan kehidupan dengan luas wilayahnya yang tidak seberapa.
Coba kau tanya pada mereka tentang kota ini,
Maka mereka akan menjawab, ia kota bisnis, ia kota pemerintahan, ia kota metropolitan.

Coba sekali lagi kau tanyakan pada mereka tentang kota ini,
Maka kini kan kau temukan jawaban penuh cibiran,
ialah biangnya polusi dan macet,
ia kotanya para koruptor,
ia gudangnya kriminalitas,
ia juga syurganya kaum hedon.



Cukup!

Jangan kau tanya lagi jika tak ingin mendapatkan jawaban yang jauh lebih menyakitkan. Setidaknya bagi kamu yang dilahirkan di kota ini.


Maka, disinilah aku dilahirkan.

Jelas ku tak pernah meminta apalagi menuntut untuk dilahirkan di sini. Bukankah memang hal itu berada di luar kuasaku juga kamu? Maka syukurku menyelamatkanku. Sebab, sungguh aku tak tau ini berkah atau musibah, aku hanya ingin bersangka baik pada Allah.


Dan jika kau tanyakan padaku tentang kota ini, saksikanlah..
bagiku ia kota kelahiranku,
kampung halamanku.
Kota di mana aku merajut mimpi-mimpi indah, membingkai cita.
Membangun keyakinan  yang bahkan mampu mengalahkan gedung pencakar langit kota ini, kotaku.



Ia, kotaku, memang tak seberapa luas. Tapi mungkin engkau akan terkejut mengetahui bahwasanya aku tak begitu mengenal seluk beluknya. Ya, aku tidak menguasai  wilayahnya, bukan karena tak cinta. Sungguh, ada hambatan lain yang tak hendak aku sampaikan disini.

Maka biarlah aku mengenalnya secara lebih sederhana. Hingga akun pun secara sederhana pula mencintainya. Mencintai segala kelebihan maupun kekurangannya.



Di kota ini dalam usia yang terlalu belia, aku diajarkan menyaksikan ketidakadilan, bahwa uang seakan mampu mengalahkan segalanya. Merampas hak-hak. Tapi kutau ini bukan salah kotaku. Ia hanya mengajarkan kepadaku arti kesabaran, arti kepercayaan bahwa Tuhan tak pernah meninggalkan hamba-Nya. Ia, tanah kelahiranku, seolah berkata, “berpijaklah dengan tegar, karena Allah selalu bersamamu.”



Maka disinilah aku dilahirkan, aku dibesarkan, bahkan akupun turut menjemput rizki di kotaku kini.

Kelak, jika Robb ku mengizinkan, hendak ku bangun istana kecil di sini, dengan lelaki langitku, dengan pejuang-pejuang dakwah dari rahimku, menebarkan kebaikan menjadi bagian dari solusi karena kecintaan kami pada Nya. Ya, citaku dan juga citamu mungkin..

hidup mulia atau mati syahid.

3 comments:

  1. yaa.. kotamu kini jg jadi kotaku..
    tempat yang sesungguhnya tak kuinginkan jadi kotaku..
    saat ini..detik ini..dan setiap saat..
    aq hanya dapat berdoa semoga kotaku dan kotamu ini dapat membuatku ikhlas menjalankan sisa hidupku..

    ReplyDelete
  2. Aamiin, tugas kita hanya bersangka baik kepada Allah ;)

    ReplyDelete
  3. begitu pun juga denganku, kotamu kini aku singgahi,
    semoga di persinggahan ini tak menghalangiku meraih cita
    dengan selalu menyandarkan semua pada yang Maha Kuasa
    semoga syukur ini tetap terjaga..amiin

    ReplyDelete