KRITERIA MANUSIA IDEAL

KRITERIA MANUSIA IDEAL
Berbicara mengenai manusia ideal pastinya tidak terlepas dari sosok ideal sepanjang masa, Rasulullah SAW. Menjadikan beliau sebagai teladan yang patut dan layak untuk ditiru demi meraih syurga-Nya. Meniru dan mengaplikasikan segala sikap dan perilaku Nabi Muhammad SAW menunjukkan cinta kita terhadap Allah SWT. Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa Rasulullah SAW diutus oleh Allah SWT untuk menyempurnakan akhlak.
Sabda Rasulullah SAW :
“Sesungguhnya Aku diutus oleh Allah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”
Sayangnya kini, esensi Islam seringkali terlupakan. Padahal, sesungguhnya Islam tidaklah sekedar aksesori



serta penampilan yang disandang oleh seseorang. Islam merupakan kumpulan nilai akhlak yang diterjemahkan ke dalam realita kehidupan yang dinamis. Islam adalah ideologi yang hidup, dan pengaturan yang sempurna atas seluruh aspek kehidupan.
Kembali pada pembahasan manusia ideal, ada beberapa kriteria yang dapat kita aplikasikan dalam keseharian kita demi mewujukan cinta kita kepada Yang Maha Tinggi, Allah Azza wa Jalla dan Rosul-Nya, serta demi mewujudkan diri ini sebagai manusia ideal atau lebih tepatnya muslim dan muslimah yang ideal, baik di mata manusia dan yang terpenting di mata Alllah SWT.
Berikut beberapa kriteria manusia ideal :
1. Jujur
Kejujuran rasanya begitu sulit kita temukan dewasa ini. Banyak orang yang mengaku beriman kepada Allah dan Rasulnya tetapi masih kita dapati dirinya sulit berkomitmen dengan kejujuran. Padahal jujur merupakan akhlak yang mesti dimiliki oleh seorang mukmin. Berusahalah untuk selalu bersikap jujur dalam hati, perkataan dan perbuatan, dan hindarilah dusta. Sebab dusta dan keimanan tidak akan pernah bertemu di hati seorang mukmin. Ini berarti siapa yang berdusta, maka keimanan telah tercabut total dalam dirinya.
Diriwayatkan dari Shafwan bin Sulaim bahwa ditanyakan kepada Rasululah SAW :
“Bisakah orang mukmin menjadi pengecut ?”
Rasulullah SAW menjawab :”Ya.”
Lalu ditanyakan lagi :
“Bisakah orang mukmin itu pelit?”
Rasulullah kembali menjawab : “Ya.”
Kemudian ditanyakan lagi :
“Bisakah orang mukmin itu berdusta?”
Rasulullah SAW menjawab : “Tidak.”
(Diriwayatkan oleh Malik secara Mursal )
Dari hadist di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa sesungguhnya, kaum mukmin sebagai manusia biasa dapat saja bersikap pengecut ataupun pelit, tetapi tidak dengan dusta. Sebab sebagaimana yang telah kita ketahui, bahwa dusta adalah salah satu sikap paling buruk dan paling rendah yang tidak akan pernah bertemu dengan keimanan di hati orang mukmin pada satu waktu yang sama.
Allah SWT berfirman, yang artinya :
“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.” (QS. At-taubah : 119)
Karenanya marilah kita bersama-sama berusaha dan berkomitmen untuk menjauhi dusta dan selalu berupaya untuk bersikap jujur. Mungkin salah satu sabda nabi berikut dapat kita jadikan motivasi untuk selalu bersikap jujur :
Ibnu Mas’ud Radiyallahu Anhu berkata, saya mendengar Rasulullah SAW bersabda :
“Hendaklah kalian jujur, sebab jujur dapat menutun kepada kebajikan dan kebajikan menuntun kepada syurga. Jika seseorang selalu jujur dan ingin jujur, ia dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan tinggalkanlah dusta, sebab dusta menuntun menuju kejahatan dan kejahatan menuntun kepada neraka,. Dan jika seseorang selalu berdusta an ingin berdusta, ia dicata di sisi Allah sebagai pendusta. (HR. Bukhari dan Muslim)
2. Menjaga Lisan
Manusia yang ideal adalah manusia yang selalu berusaha menjaga apa yang keluar dari lisannya. Menjaga, agar setiap kata yang keluar dari lisannya adalah kata-kata yang penuh manfaat dan jauh dari kata-kata kotor dan kasar, pembicaraan yang sia-sia seperti bergunjing dan mengadu domba, sertakata-kata yang dapat melukai hati lawan bicaranya.
Oleh karenanya penting bagi setiap muslim untuk berpikir dan mencari kata-kata terbaik sebelum berbicara. Hindari banyak bicara karena sangat mungkin ia melakukan kesalahan dan terjerumus dengan kata-katanya sendiri.
Sebagaimana sabda Nabi SAW :
“Barangsiapa yang banyak bicaranya, maka banyak kesalahannya; barangsiapa yang banyak kesalahannya, maka banyak dosanya; dan barangsiapa yang banyak dosanya, maka neraka lebih layak baginya.”
Na’udzubillahi min dzalik…
3. Menepati janji dan Menghargai Waktu
Menepati janji merupakan karakteristik manusia ideal. Sebab, dengan selalu berupaya menepati janji seseorang secara otomatis dapat dipercaya karena sifat amanah yang dimilikinya. Orang yang selalu ingkar, sulit baginya mendapat kepercayaan dari orang lain. Selain tidak disukai oleh sesame manusia lainnya, ingkar termasu kategori atau ciri yang melekat pada orang munafik.
4. Dermawan dan Pemurah
Sikap dermawan dan pemurah hendaklah terpatri dan diaplikasikan oleh setiap yang ingin memenuhi kriteria sebagai manusia ideal. Meskipun pada dasarnya sikap ini sudah selayaknya dimiliki oleh setiap muslim yang mengaku beriman kepada Allah SWT, Rasul-Nya, serta hari akhir.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat Al-Baqarah ayat 272 :
“…dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridhoan Allah. Dan apa yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahala-Nya dengan cukup sedang kamu sedikitpun tidak akan dianiaya (dirugikan).”
Sikap bakhil atau pelit hanyalah membawa ketidakseimbangaan dalam hidup ini. Sebab sesungguhnya di dalam harta yang kita miliki ada hak-hak kaum fakir dan miskin. Karenanya, bila dewasa ini begitu banyak kita temukan kesenjangan yang begitu kentara dalam lingkungan masyarakat, maka tidak lain dan tidak bukan disebabkan tertahannya hak-hak orang miskin di tangan mereka yang berharta.
Agar terhindar dari sikap bakhil dan selalu terpelihara sikap dermawan dan pemurah dalam diri kita, perlu bagi kita menyimak sabda baginda Nabi Muhammad SAW berikut :
“Tidak ada satupun hari yang pada pagi harinya seorang hamba melaluinya kecuali pasti ada dua malaikat yang turun. Salah satunya mengatakan, “Ya Allah, berilah orang yang berinfaq itu pengganti!” Sedangkan yang satu lagi mengatakan, “Ya Allah, berilah orang yang bakhil itu kehancuran!”
5. Tawadhu ( Rendah Hati)
Sebaik apapun dan sesempurna apapun seseorang, tetapi apabila terdapat kesombongan pada dirinya, niscaya tidak akan ada orang yang menyukainya. Bahkan Allah SWT memberi ancaman bagi manusia yang bersikap sombong, sebagaiman Sabda Nabi SAW :
“Tidak akan masuk surga seseorang yang di hatinya terdapat kessombongan walaupun seberat biji sawi.”
Juga dalam sabdanya yang lain bahwa Allah SWT berfirman :
“Bangga diri adalah sarung-Ku, kesombongan adalah selendang-Ku; Barang siapa yang menyaingiku dalam salah satu dari keduanya, niscaya Aku mengazabnya.”
6. Menjauhi Prasangka buruk
Prasangka buruk, baik yang ditujukan bagi diri sendiri ataupun orang lain hanyalah menghambat keberhasilan diri dalam meraih kesuksesan serta menghambat terjalinnya hubungan yang harmonis antara manusia. Karenanya, mereka yang selalu berusaha menjauhi prasangka buruk dan berupaya untuk selalu berpikir positif merupakan satu lagi kriteria manusia ideal yang sedang kita bahas saat ini.
Allah SWT berfirman dalam Surat Al Hujurat ayat 12 :
“Hai orang-orang yag beriman, jauhilah kebanyakaan dari prasangka, sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa…”
7. Yang bermanfaat dan menjadi teladan bagi yang lain
Mungkin inilah poin terpenting dari kriteria manusia ideal. Mereka yang selalu berupaya agar setiap waktu yang terbuang benar-benar bermanfaat tidak hanya bagi dirinya tetapi juga bagi orang-orang di sekitarnya. Dengan kelebihan yang dimiliki kemudian memanfaatkannya sebaik mungkin sehingga juga dapat dirasakan manfaatnya oleh orang-orang di sekitarnya. Terakhir, menjadi teladan di tengah-tengah masyarakat sebagai terjemahan nyata bagi prinsip-prinsip dan adab-adab Islam.

0 comments:

Post a Comment