Tidak Sama Tawakkal dengan Pasrah

Akhir-akhir ini banyak sekali yang mensinonimkan antara sikap tawakkal dengan pasrah. Sungguh ini merupakan hal yang keliru. Jika pasrah yang dimaksud ialah keihkhlasan menerima ketentuan Allah tanpa diawali ikhtiar sempurna, maka ia bukanlah tawakkal. Karena tawakkal harus dimulai dengan ikhtiar, ada usaha disana, ada mujahadah, bersungguh-sungguh dalam ikhtiar. Bukankah Rasulullah saw pernah bersabda :

Ikatlah (untamu) dan bertawakallah kepada Allah.


Maka ikhtiar adalah keharusan. Ketika kita sudah berikhtiar, melakukan suatu pekerjaan secara optimal sesuai dengan kemampuan kita, maka setelahnya serahkanlah hasil kerja kita tersebut kepada Allah swt (tawakal'alallah). Kemudian barulah kita pasrah.  


Sebab, sesungguhnya Pasrah adalah puncak dari semua usaha yang kita lakukan itu. Jadi, anak tangganya adalah ikhtiar (berusaha), sesudah itu tawakal (menyerahkan diri), sesudah itu barulah pasrah. Janganlah kita langsung pasrah tanpa melewati dua anak tangga di bawahnya, yaitu tanpa ikhtiar dan tawakal.


Rasulullah saw bersabda:
Jika kamu bertawakal kepada Allah dengan tawakal yang sesungguhnya, niscaya Allah memberikan rezeki kepadamu sebagaimana Allah memberikan rezeki kepada burung yang keluar dari sarangnya pagi-pagi dengan perut lapar dan kembali pada sore harinya dengan perut kekenyangan setiap hari. Dan lenyaplah gunung-gunung penghalang dengan sebab doanya..


Yuk, Mari kita bertawakkal dengan cara yang benar, yakni tawakkal yang diawali dengan ikhtiar dan diakhiri dengan pasrah dan qana'ah (menerima ketentuan Allah swt) Lalu iringilah semua tahap itu dengan doa. Sebagaimana firman Allah swt:


''Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka jawablah bahwasanya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi segala perintah-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.'' (QS 2:186).


Wallahu'alam

0 comments:

Post a Comment