Perasaanmu bukanlah Tuhanmu!



Hati, dipenuhi berbagai rasa. Terbentuklah perasaan yang beragam rupa warnanya.
Setiap warna ingin mendominasi warna lainnya, hingga yang terjadi adalah pergantian warna, ia muncul-lenyap, timbul-hilang.

Sungguh, hanya Allah Sang Pemilik hati manusia.

Qolbu, yang tersimpan dalam tiap dada manusia memiliki kecenderungan untuk selalu berubah.

Kadang ia diliputi iman, membahana, meledak-ledak, hingga tiap sujud panjang menjadi begitu berkesan, tiap ucapan dipenuhi doa, tiap langkah penuh upaya mengharap ridho-Nya. Takut ia, kalau-kalau Allah akan menjauh darinya, takut ia tak ada cinta dari Robb nya, hingga ia terus berupaya. Tak lelah, tak goyah.

Namun tak jarang ia dipenuhi asa selain untuk-Nya. Harapan-harapan dunia, cita, tingkah laku yang terlupa, bahwa diri ini kan berpulang pada-Nya. Lupa akan pengawasan-Nya, lupa pada tempat kembali,lupa akan pengadilan-Nya. Lupa bahwa diri tak lebih hanya seorang mahluk ciptaan-Nya, yang sudah semestinya mengikuti jalan yang telah ditetapkan Robbnya, karena hidup ada aturannya, tak bisa sembarang, tak bisa selalu mengikuti perasaan, tak bisa, sebab..

Perasaanmu bukanlah Tuhanmu!


Maka ketika perasaan berbenturan dengan perintah dan larangan Robbul Izzati, haruskah kita tebang pilih, pikir-pikir dahulu, menimbang-nimbang untung rugi?

"Andai kata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu."
(Q.S. Al-Mu'minun : 71)

Maka, ketika perasaaan tidak melawan perintah dan larangan-Nya, tak mengapa kita menangis, tak mengapa kita tertawa, tak mengapa kita marah. Sungguh, tak mengapa.
Tapi bila atas nama perasaan tadi justru bersebrangan terhadap perintah-Nya, maka tak seharusnya ada kata 'pikir-pikir dulu', seharusnya kita sudah tahu untuk memenangkanNya dan mengalahkannya. Sebab jika tidak, syaithon akan dengan senang hati membantu kita memberi sejuta alasan untuk melakukan pembenaran, atas perasaan kita. Jadilah ia dipenuhi prasangka, mengandai-andai, memberi kesan terburuk bila kita memutuskan untuk memenangkan-Nya dan mengalahkannya.

Karena perasaan adalah anugerah.. Sungguh ia adalah anugerah dari-Nya
Maka jangan sampai perasaan berganti peran menjadi bencana.

Karena hidayah itu begitu mahal.. Sungguh ia begitu mahal.
Maka ketika ia datang, sambutlah, rengkuhlah ia kuat-kuat agar tak terlepas..
Mintalah kepada Sang Pemilik hati, Yang Maha membolak-balikkan hati, agar ia tetap pada kecintaannya medekap erat hidayah hingga akhir hidupnya, membawanya pada khusnul khatimah, akhir yang baik..
Akhir yang baik...

-//-

"Demi waktu matahari sepenggal naik, dan demi malam apabila telah sunyi,
Tuhanmu tidak meninggalkanmu, dan tidak pula benci kepadamu.
Dan sesungguhnya akhir itu lebih baik bagimu dari permulaan.."
(Q.S. Ad-Dhuha:1-4)

0 comments:

Post a Comment